Selasa, 22 Oktober 2013

Aplikasi Semiotika Roland Barthes dalam al-Quran



.Mitologi Roland Barthes
Roland Barthes memperkenalkan konsep tentang mitos. Mitos merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan pesan. Bagi Roland Barthes, mitos tidak hanya berupa tuturan oral, namun tuturan dapat berbentuk tulisan, fotografi, olah raga, lukisan, atau iklan. Dapat dikatakan bahwa mitos adalah semua yang mempunyai modus representasi yang memerlukan interpretasi untuk memahami maksudnya. Misalnya untuk mengetahui arti (meaning) suatu lukisan, belum tentu dapat ditangkap secara langsung. Untuk mendapatkan artinya harus melalui proses signifikansi sehingga dapat diterima oleh akal. Dengan demikian, mitos bukan hanya sebagai suatu objek, konsep, atau ide yang stagnan.
Mitos merupakan bagian dari kajian semiologi, yakni ilmu yang mempelajari tentang tanda dan petanda. Semiologi berurusan dengan bentuk yang membuat suara, imaji, gerak, dan lainnya yang berfungsi sebagai tanda. Mitos tidak luput dari tanda-tanda. Misalnya, pada sebuah lukisan burung. Burung dalam lukisan tersebut pasti merupakan simbol atau tanda dari sebuah gagasan atau pesan. Roland Barthes membuat tiga elemen dasar dalam menganalisis mitos, yakni penanda (signifier), petanda (signified), dan tanda. Ketiga elemen ini nantinya akan sangat berfungsi dalam menganalisis mitos, dan keberadaan setiap elemennya sangat dibutuhkan. Misalnya, ketika  suatu petanda tidak ada yang bisa digunakan sebagai penanda, maka tanda pun tak akan terwujud, dan suatu penanda sudah pasti merupakan bentuk  dari yang ditandakan (petanda).
Sebagai langkah awal, penulis gambarkan sistematika analisis mitos oleh Roland Barthes.

Bahasa
1. Penanda
(Mawar merah)
2. Petanda
(Mawar merah sebagai ungkapan rasa cinta)

Mitos

3. Tanda
I. Bentuk
(Bunga mawar merah sebagai ungkapan rasa cinta)
II. Konsep
(Bunga mawar merah diberikan oleh seorang pria kepada seorang gadis)
III.Pemaknaan
Pria tersebut cinta kepada sang gadis
            Penanda (signifier) dalam sistematika tersebut dapat dilihat dari dua kacamata. Pertama, ia sebagai penanda makna (lihat angka 1) dan kedua sebagai bentuk (lihat angka romawi I). Petanda (signifier) dalam sistem mitologi, disebut sebagai konsep (lihat angka romawi II). Penanda dan petanda menghasilkan suatu tanda. Kemudian, tanda masuk pada tataran mitos berfungsi sebagai bentuk. Bentuk dan konsep akan berkorelasi menghasilkan  suatu pemaknaan (tanda kedua).
            Dari sistematika gambar di atas, ada dua wilayah makna yang muncul. Pertama, wilayah bahasa, makna yang dihasilkan merupakan makna denotasi. Kedua, wilayah mitos, makna yang dihasilkan merupakan makna konotasi.
            Mitologi Roland Barthes memiliki integrasi-interkoneksi dengan studi al-Quran. Al-Quran sebagai kitab suci yang berisikan wahyu-wahyu Allah tentunya mengandung berbagai tanda yang memerlukan interpretasi untuk mendapatkan pemahaman. Mitologi Roland Barthes dimungkinkan dapat membantu mengupas tanda-tanda dalam al-Quran, sehingga ditemukan makna ayat-ayat yang luas.
            Sebagai contoh surah al-Baqarah ayat 187.
¨@Ïmé& öNà6s9 s's#øs9 ÏQ$uŠÅ_Á9$# ß]sù§9$# 4n<Î) öNä3ͬ!$|¡ÎS 4 £`èd Ó¨$t6Ï9 öNä3©9 öNçFRr&ur Ó¨$t6Ï9 £`ßg©9 3 zNÎ=tæ ª!$# öNà6¯Rr& óOçGYä. šcqçR$tFøƒrB öNà6|¡àÿRr& z>$tGsù öNä3øn=tæ $xÿtãur öNä3Ytã ( z`»t«ø9$$sù £`èdrçŽÅ³»t/ (#qäótFö/$#ur $tB |=tFŸ2 ª!$# öNä3s9 4 (#qè=ä.ur (#qç/uŽõ°$#ur 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ ãNä3s9 äÝøsƒø:$# âÙuö/F{$# z`ÏB ÅÝøsƒø:$# ÏŠuqóF{$# z`ÏB ̍ôfxÿø9$# ( ¢OèO (#qJÏ?r& tP$uÅ_Á9$# n<Î) È@øŠ©9$# 4 Ÿwur  ÆèdrçŽÅ³»t7è? óOçFRr&ur tbqàÿÅ3»tã Îû ÏÉf»|¡yJø9$# 3 y7ù=Ï? ߊrßãn «!$# Ÿxsù $ydqç/tø)s? 3 y7Ï9ºxx. ÚúÎiüt6ムª!$# ¾ÏmÏG»tƒ#uä Ĩ$¨Y=Ï9 óOßg¯=yès9 šcqà)­Gtƒ ÇÊÑÐÈ  
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

            Ayat tersebut menyebutkan bahwa perempuan adalah pakaian untuk laki-laki, dan laki-laki adalah pakaian untuk perempuan. Perumpamaan pakaian (libas) tersebut merupakan sebuah pesan yang disampaikan oleh Sang pembuat pesan. Untuk memahami pesan libas tersebut, dapat digunakan pisau mitologi Roland Barthes.

Bahasa
1. Penanda
Pakaian (libas)
2. Petanda
Alat untuk melindungi tubuh

Mitos

3. Tanda
I. Bentuk
Pakaian (libas)merupakan alat untuk melindungi tubuh
II. Konsep
Laki-laki pakaian bagi perempuan, perempuan pakaian bagi laki-laki
III.Pemaknaan
Pasangan suami-isteri merupakan pelindung satu sama lain.
Melihat bagan di atas, dalam wilayah semiologi yang pertama, yakni wilayah bahasa, pakaian merupakan penanda dari sebuah alat untuk melindungi tubuh. Bentukan dari penanda dan petanda tersebut (pakaian merupakan alat untuk melindungi tubuh), akan berfungsi menjadi penanda dalam wilayah mitos yang disebut dengan bentuk (lihat angka romawi I). Bentuk berkorelasi dengan  konsep (lihat angka romawi II) menghasilkan sebuah makna konotasi (lihat angka romawi III). Makna konotasi ini merupakan makna  yang dapat kita gunakan untuk memahami maksud dari pesan ayat di atas. Pesan Allah yang menyatakan bahwa pasangan suami-isteri merupakan pakaian satu sama lain dapat dipahami bahwa pasangan suami-isteri merupakan pelindung satu sama lain. Atau dalam artian lain, seseorang wajib melindungi pasangannya ( suami/isteri).
Dari sedikit ulasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa mitologi Roland Barthes dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk memahami ayat-ayat al-Quran. Tidak semua wahyu Allah dalam al-Quran dapat dipahami secara langsung. Karena terkadang Allah menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk menyampaiakan pesan-Nya. Perumpamaan-perumpamaan dalam al-Quran sendiri menjadikan al-Quran indah dibaca dan mendorong kita untuk mau berpikir, berusaha mencari maksud pesan Allah.