.Mitologi Roland Barthes
Roland Barthes memperkenalkan konsep tentang mitos. Mitos merupakan salah
satu alat komunikasi untuk menyampaikan pesan. Bagi Roland Barthes, mitos tidak
hanya berupa tuturan oral, namun tuturan dapat berbentuk tulisan, fotografi,
olah raga, lukisan, atau iklan. Dapat dikatakan bahwa mitos adalah semua yang
mempunyai modus representasi yang memerlukan interpretasi untuk memahami
maksudnya. Misalnya untuk mengetahui arti (meaning) suatu lukisan, belum
tentu dapat ditangkap secara langsung. Untuk mendapatkan artinya harus melalui
proses signifikansi sehingga dapat diterima oleh akal. Dengan demikian, mitos
bukan hanya sebagai suatu objek, konsep, atau ide yang stagnan.
Mitos merupakan bagian dari kajian semiologi, yakni ilmu yang mempelajari
tentang tanda dan petanda. Semiologi berurusan dengan bentuk yang membuat
suara, imaji, gerak, dan lainnya yang berfungsi sebagai tanda. Mitos tidak
luput dari tanda-tanda. Misalnya, pada sebuah lukisan burung. Burung dalam
lukisan tersebut pasti merupakan simbol atau tanda dari sebuah gagasan atau
pesan. Roland Barthes membuat tiga elemen dasar dalam menganalisis mitos, yakni
penanda (signifier), petanda (signified), dan tanda. Ketiga
elemen ini nantinya akan sangat berfungsi dalam menganalisis mitos, dan
keberadaan setiap elemennya sangat dibutuhkan. Misalnya, ketika suatu petanda tidak ada yang bisa digunakan
sebagai penanda, maka tanda pun tak akan terwujud, dan suatu penanda sudah
pasti merupakan bentuk dari yang
ditandakan (petanda).
Sebagai langkah awal, penulis gambarkan sistematika analisis mitos oleh
Roland Barthes.
|
Bahasa
|
1. Penanda
(Mawar merah)
|
2. Petanda
(Mawar merah
sebagai ungkapan rasa cinta)
|
|
Mitos
|
|
3. Tanda
I. Bentuk
(Bunga mawar
merah sebagai ungkapan rasa cinta)
|
II. Konsep
(Bunga mawar
merah diberikan oleh seorang pria kepada seorang gadis)
|
|
III.Pemaknaan
Pria tersebut
cinta kepada sang gadis
|
Penanda
(signifier) dalam sistematika tersebut dapat dilihat dari dua kacamata.
Pertama, ia sebagai penanda makna (lihat angka 1) dan kedua sebagai bentuk
(lihat angka romawi I). Petanda (signifier) dalam sistem mitologi,
disebut sebagai konsep (lihat angka romawi II). Penanda dan petanda
menghasilkan suatu tanda. Kemudian, tanda masuk pada tataran mitos berfungsi
sebagai bentuk. Bentuk dan konsep akan berkorelasi menghasilkan suatu pemaknaan (tanda kedua).
Dari
sistematika gambar di atas, ada dua wilayah makna yang muncul. Pertama,
wilayah bahasa, makna yang dihasilkan merupakan makna denotasi. Kedua,
wilayah mitos, makna yang dihasilkan merupakan makna konotasi.
Mitologi
Roland Barthes memiliki integrasi-interkoneksi dengan studi al-Quran. Al-Quran
sebagai kitab suci yang berisikan wahyu-wahyu Allah tentunya mengandung
berbagai tanda yang memerlukan interpretasi untuk mendapatkan pemahaman.
Mitologi Roland Barthes dimungkinkan dapat membantu mengupas tanda-tanda dalam
al-Quran, sehingga ditemukan makna ayat-ayat yang luas.
Sebagai
contoh surah al-Baqarah ayat 187.
¨@Ïmé& öNà6s9 s's#øs9 ÏQ$uÅ_Á9$# ß]sù§9$# 4n<Î) öNä3ͬ!$|¡ÎS 4 £`èd Ó¨$t6Ï9 öNä3©9 öNçFRr&ur Ó¨$t6Ï9 £`ßg©9 3 zNÎ=tæ ª!$# öNà6¯Rr& óOçGYä. cqçR$tFørB öNà6|¡àÿRr& z>$tGsù öNä3øn=tæ $xÿtãur öNä3Ytã ( z`»t«ø9$$sù £`èdrçų»t/ (#qäótFö/$#ur $tB |=tF2 ª!$# öNä3s9 4 (#qè=ä.ur (#qç/uõ°$#ur 4Ó®Lym tû¨üt7oKt ãNä3s9 äÝøsø:$# âÙuö/F{$# z`ÏB ÅÝøsø:$# ÏuqóF{$# z`ÏB Ìôfxÿø9$# ( ¢OèO (#qJÏ?r& tP$uÅ_Á9$# n<Î) È@ø©9$# 4 wur Æèdrçų»t7è? óOçFRr&ur tbqàÿÅ3»tã Îû ÏÉf»|¡yJø9$# 3 y7ù=Ï? ßrßãn «!$# xsù $ydqç/tø)s? 3 y7Ï9ºxx. ÚúÎiüt6ã ª!$# ¾ÏmÏG»t#uä Ĩ$¨Y=Ï9 óOßg¯=yès9 cqà)Gt ÇÊÑÐÈ
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari
bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu,
dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak
dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af
kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih
dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
(datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu
beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia,
supaya mereka bertakwa.
Ayat
tersebut menyebutkan bahwa perempuan adalah pakaian untuk laki-laki, dan
laki-laki adalah pakaian untuk perempuan. Perumpamaan pakaian (libas)
tersebut merupakan sebuah pesan yang disampaikan oleh Sang pembuat pesan. Untuk
memahami pesan libas tersebut, dapat digunakan pisau mitologi Roland
Barthes.
|
Bahasa
|
1. Penanda
Pakaian (libas)
|
2. Petanda
Alat untuk
melindungi tubuh
|
|
Mitos
|
|
3. Tanda
I. Bentuk
Pakaian (libas)merupakan
alat untuk melindungi tubuh
|
II. Konsep
Laki-laki
pakaian bagi perempuan, perempuan pakaian bagi laki-laki
|
|
III.Pemaknaan
Pasangan
suami-isteri merupakan pelindung satu sama lain.
|
Melihat bagan di atas, dalam wilayah semiologi yang pertama, yakni wilayah
bahasa, pakaian merupakan penanda dari sebuah alat untuk melindungi tubuh.
Bentukan dari penanda dan petanda tersebut (pakaian merupakan alat untuk
melindungi tubuh), akan berfungsi menjadi penanda dalam wilayah mitos yang
disebut dengan bentuk (lihat angka romawi I). Bentuk berkorelasi dengan konsep (lihat angka romawi II) menghasilkan
sebuah makna konotasi (lihat angka romawi III). Makna konotasi ini merupakan
makna yang dapat kita gunakan untuk
memahami maksud dari pesan ayat di atas. Pesan Allah yang menyatakan bahwa pasangan
suami-isteri merupakan pakaian satu sama lain dapat dipahami bahwa pasangan
suami-isteri merupakan pelindung satu sama lain. Atau dalam artian lain,
seseorang wajib melindungi pasangannya ( suami/isteri).
Dari sedikit ulasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa mitologi Roland
Barthes dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk memahami ayat-ayat al-Quran.
Tidak semua wahyu Allah dalam al-Quran dapat dipahami secara langsung. Karena
terkadang Allah menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk menyampaiakan
pesan-Nya. Perumpamaan-perumpamaan dalam al-Quran sendiri menjadikan al-Quran
indah dibaca dan mendorong kita untuk mau berpikir, berusaha mencari maksud
pesan Allah.