Kamis, 02 Januari 2014

Tipologi dan Wacana Pemikiran Arab Kontemporer



Tipologi dan Wacana Pemikiran Arab Kontemporer
            Tiga tipologi pemikiran yang mewarnai wacana pemikiran Arab kontemporer tentang tradisi dan modernitas:
1.      Tipologi transformatik
Tipologi ini beranggapan bahwa agama dan tradisi sudah tidak relevan lagi untuk zaman sekarang. Tipologi transformatik mengajukan transformasi masyarakat Arab-muslim dari budaya tradisional-patrialkal kepada masyarakat rasional dan ilmiah.
Tipologi ini berorientasi pada Marxisme. Sebagai contohnya adalah Thayyib Tayzini dan Abdullah Laroui. Tayzini berpendapat bahwa turats (tradisi) harus didekati secara historis dan harus dilihat dalam konteks hubungan dialektis antara masalah sosio-ekonomi dengan kondisi politik dalam sebuah masyarakat. Abdullah Laroui juga berpendapat bahwa turats harus didekati dengan pendekatan historis. Tidak dipandang sebagai suatu yang suci dan cocok untuk segala zaman. Laroui juga menegaskan bahwa historisme hanya dapat dijumpai pada Marxisme dengan teori dialektikanya. Pemikir transformatik lainnya adalah Adonis Akra, ia berpendapat bahwa yang dibutuhkan tidak hanya perombakan nalar Arab, tapi juga penghancuran, sehingga transformasi dapat dilakukan.
2.      Tipologi reformistik
Tipologi ini menggagas adanya reformasi dengan penafsiran-penafsiran baru yang lebih hidup dan lebih cocok dengan tuntutan zaman.Tradisi dan modernitas harus diharmonisasikan dengan tidak menyalahi akal sehat dan standarrasional. Tipologi ini terbagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok rekonstruktif dan kelompok dekonstruktif. Rekonstruktif berorientasi pada pembangunan kembali budaya dan warisan peradaban Arab-Islam. Tokoh dari kelompok ini adalah M. Imarah dan Hassan Hanafi. Imarah berkeinginan untuk menafsirkan kembali soal-soal yang berkaitan dengan sistem kenegaraan Islam, tanpa harus membuang otoritas tradisi yang ada. Imarah lebih menekankan pada masalah Islam dan politik, sedangkan Hanafi lebih pada tradisi dan pembaharuan.
Kelompok kedua adalah kelompok dekonstruktif. Kelompok ini dipengaruhi oleh gerakan (post) strukturalis Prancis dan beberapa tokoh post-modernisme. Tokoh Arkoun dan Mohammed Abid Jabiri. Arkoun mengusahakan pengharmonisasian tradisi dengan modernitas melalui metode baru.
3.      Tipologi Ideal-Totalistik
Kelompok ini berusaha menghidupkan kembali Islam sebagai agama, budaya, dan peradaban. Mereka menolak unsur-unsur asing dari Barat, karena mereka menyeru pada keaslian Islam, yakni Islam yang pernah dipraktekkan oleh Nabi dan keempat khalifahnya. Tokoh dari tipologi ini adalah M. Ghazali, Sayyid Quthb, Anwar Jundi, Muhammad Quthb, dan Said Hawa.

Tiga figur utama dalam feminis Arab Kontemporer:
1.      Nawal Sa’dawi erpendapat bahwa wanita tertindas karena struktur patrialkal sosial Arab yang terwarisi turun-menurun. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa ketertindasan wanita bukan masalah agama, melainkan masalah ekonomi dan politik negara.
2.      Fatima Mernissi beranggapan bahwa ada masalah yang lebih penting, yakni dikursus tentang wanita yang diciptakan oleh sosio-budaya Arab. Diskursus wanita yang berlaku di Arab terjadi karena adanya dominasi laki-laki.
3.      Khalida Sa’id menganjurkan adanya komitmen kebersamaan mutlak, maksudnya adalah pembebasan wanita lewat kebersamaan sosial termasuk lewat jalur radikal (revolusi atau oposisi).

Peran dan Posisi Filsafat          
Usaha-usaha untuk menghidupkan kembali filsafat dalam masyarakat Arab modern penting dilakukan untuk membantu memahami isu-isu intelektual dan ilmiah agar dihasilkan suatu pemecahan yang tepat. Dengan semakin berkembangnya kajian filsafat, para filsuf Arab berusaha menciptakan madzhab-madzhab atau aliran-aliran.
Kelompok pertama yang muncul adalah kelompok materialisme. Kelompok ini dimotori oleh dua filsuf Kristen Arab, yakni Shibli Shumayl dan Farah Antun. Shibli mengembangkan teori Darwin. Teori filsafatnya berangkat dari pandangannya tentang alam. Keyakinannya akan materi mendorongnya untuk mengesampingkan agama. Ia percaya 1005 akan keabsolutan sains.
Kelompok yang kedua adalah kelompok beraliran rasionalisme. Tokohnya Muhammad Abduh dan Faris Wajdi. Keduanya menyeru ada kebebasan akal. Selain keduanya, ada juga Yusuf Karam.
Aliran ketiga adalah filsafat spiritualisme. Aliran ini dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran para mistikus muslim. Aliran ini menghasilkan alran-aliran baru, seperti:
1.      Wijdaniyah yang didirikan oleh Akkad. Aliran ini menggunakan intuisi.
2.      Syahsyaniyah yang didirikan oleh Rene Habsyi. Aliran ini dillhami oleh mistik Barat modern.
3.      Jawwaniyah yang didirikan oleh Usman Amin. Aliran ini memandang kekuatan alam yang sebenarnya adalah kekuatan spirit.
4.      Al-Rahmaniyyah yang diprakarsai oleh Zaki al-Arsuazi diilhami oleh ide korelasi antara hamba dengan Tuhannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar